Halaman

Ceritaku



Sore itu, suasana terasa begitu berbeda. Hal itu yang membuat hati fifi menjadi gelisah. Fifi merasa ada sesuatu yang menyesakkan dadanya, rasa tusukan pisau seakan-akan menyiksa tubuhnya. Rasa sakit itu membuatnya sulit tuk bernapas, dan kehilangan oksigen disekitarnya. Ia pun berusaha untuk menghiraukan rasa sakit itu. Tak lama setelah ia merasakan sakit, seorang temannya datang ke rumah yaitu Ayu.  Kemudian mereka berdua saling berbincang-bincang. Tiba-tiba fifi terdiam, suasana terasa semakin hening.
“Hey !!!”, tegur ayu yang memecahkan suasana
“Kamu ini kenapa to dari tadi aku perhatiin ada yang beda ?? Cerita loh, kan aku temenmu”, lanjut ayu
Fifi pun tersadar dari lamunannya tadi, dan berusaha untuk tetap biasa di depan temannya. Meski sebenarnya ayu tahu bahwa temannya yang satu ini memiliki masalah. Tapi ayu tidak mau bertanya lebih lanjut mengenai prasangkanya ini.
“Hemmm, gag papa kok. Aku cuman ngerasa ada yang beda aja . hehehe “, jawab fifi dengan senyum
“Ouwh, kirain ada apa. Kalu ada masalah cerita ja ya “, sahut ayu
      Kemudian mereka pun melanjutkan obrolan. Ditengah-tengah obrolan, tak sengaja ayu membahas tentang pacarnya fifi yaitu Lutfi. Ayu tak sengaja untuk mengatakan hal yang membuatnya menjadi gelisah. Sejuta pertanyaan telah memenuhi benaknya. Fifi pun memaksa ayu untuk memberitahunya. Namun, ayu tetap bersih keras tidak menjawab pertanyaan temannya. Tapi, fifi semakin mendesak ayu. Dan pada akhirnya ayu pun menceritakan apa yang sebenarnya terjadi.
“ Gini fi, sebenarnya aku masih ragu tentang info ini. Jadi kamu jangan langsung percaya gitu aja ya”,keluh ayu
“ Yauda cerita ja, aku kan ntar bisa nyari info yang lebih bener “ , jawab fifi
      Ayu pun terdiam sejenak. Sambil menghela nafasnya ia berusaha tenang. Suasana sore yang begitu hening membuat mereka terbawa oleh suasana.  Mereka pun saling berdiam diri.
“ Gini fi ceritanya, aku dapat berita kalau lutfi itu dah punya cewek lain”, sahut ayu yang memecahkan suasana hening
“Owh, udah punya cewek lain to. Siapa nama ceweknya ?” , jawab fifi dengan sejuta rasa sakit menusuk dadanya
“Hem, namanya Chaca. Dia temen sekelas aku”, jawab ayu
“Owh, sejak kapan mereka pacaran ?”
“Kata temen-temenku 2 minggu yang lalu mereka pacaran. Tapi aku gag tau itu bener pa gag “
“Owh”
“Kamu gag papa kan, fi ?”
“Gag papa kok yu, aku cuman... “
      Kalimat yang di ucapkan fifi terhenti seketika. Dan suasana pun kembali hening. Namun, suasana ini lebih menyedihkan hati fifi.
“Yauda, lewat aja”, sahut fifi dengan senyum
“Yauda deh, tapi benerkan kamu gag papa? Jangan pesimis dulu ya. Sapa tahu cuman gosip doang ”
“Iya tenang ja yu. Aku gag selemah yang kamu pikirkan kok “
      Fifi berusaha menyakinkan temannya. Meski ayu merasa prihatin dengan temannya. Namun, apa yang bisa ia perbuat. Semuanya sudah menjadi bubur yang gag bisa balik jadi nasi. Itu lah yang dialami temannya. Tak lama kemudian ayu pun berpamitan pulang.
“ Fi, udah sore nih. Aku pamit pulang dulu ya “
“Iya yu. Ati-ati ya “
“Iya fi. Kamu tegar ya. Anggep aja ini sebagai masalah biasa. Jangan terlalu dipercaya ya “
“Iya tenang aja. Aku kan cewek tegar”
      Kemudian , ayu pun meninggalkan fifi di teras rumah sendirian. Sambil melambaikkan tangan kepada ayu, fifi menahan kegetiran di hatinya melalui senyuman. Fifi pun melanjutkan lamunannya tadi. Ia duduk di teras rumahnya sambil dipenuhi kesedihan dan kekecewaan di hatinya. Beberapa saat kemudian, ia masuk ke dalam rumah. Dan menghibur dirinya dengan menonton TV. Seperti biasa ia menonton acara “Uya Kuya”. Di episode ini kisahnya sama seperti orang yang di hipnotis. Yaitu iya di tinggalkan kekasihnya. Hal itu semakin membuatnya gelisah. Kemudian ia berusaha /untuk menghubungi kekasihnya. Ia pun menelpon lutfi, tak lama telpon pun diangkat.
“Halo, ada apa yank ? ” sapa lutfi dari kejauhan
“Gag da apa-apa kok yank. Lagi apa sekarang ?” jawab fifi
“Aku bis pulang sparing yank. Capek banget nih yank”
“Yauda, istirahat dulu ja yank. Biar capeknya ilang “
“Iya yank. Kok tumben jam segini nelpon”
“Sebenarnya ada yang mau aku omongin ma kamu yank. Ntar malam bisa gag ke rumah ?”
“Iya yank, ntar aku usahain”
“Yauda, kamu istirahat dulu ja “
“Iya. Yauda bye-bye yank. Assalamualaikum”
“Waalaikumsalam”
     Telepon pun terputus. Kemudian fifi menunggu adzan maghrib berkumandang. Sambil menunggu ia memikirkan apa yang harus ia lakukan pada saat nanti ia bertemu lutfi.
Allahu akbar allahu akbar....
Allahu akbar allahu akbar...
Adzan maghrib pun berkumandang. Kemudian fifi mengambil air wudhu di sumurnya. Setelah melaksanakan sholat ia berdoa untuk diberi kemudahan dalam mengambil keputusannya.
“Ting.....ting.....ting....ting....”
       Suara lonceng rumahnya berbunyi. Fifi pun menyelesaikan doanya. Dan langsung berjalan menuju pintu utama rumahnya. Kemudian fifi membuka pintu. Tak disangka lutfi telah berdiri di depan pintu rumah menunggu fifi keluar. Lalu fifi mempersilakan lutfi untuk duduk di teras rumahnya. Perbincangan pun di mulai.
“Uda gag capek ?”, tanya fifi
“Gag terlalu kok . Mau ngomong apa yank ?” sahut lutfi
“Tapi ntar kamu jawab jujur ya yank “
“Iya yank”
“Kamu kenal chaca ?”
“Iya aku kenal, ada apa yank?”
“Hubungan kamu sama dia apa ? Pacar apa temen ?”
“Hem....”
       Lutfi pun terdiam. Suasana menjadi sunyi. Hanya terdengar suara motor yang lalu lalang di depan rumah fifi. Pandangan mereka sama-sama kosong. Hingga mereka berdua tak mengetahui bahwa ayah dan ibu fifi datang.
“Om, tante “, sapa lutfi
“Iya. Lanjutin ngobrolnya. Ambilin minum fi di dalam”, sahut ibu fifi
“Iya ma”.
        Fifi pun masuk bersamaan dengan kedua orang tuanya. Tak lama kemudian fifi pun keluar dengan membawa secangkir minuman. Dia pun langsung duduk di tempat duduknya tadi.
“Yauda, kalu gag mau jawab”, lanjut fifi
“Hem, dia mantan aku”, jawa lutfi
“Udah pacaran sejak kapan ? Kok udah putus ? Kan baru pacaran ?”
“Udah aku putusin. Jangan bahas ge sich. Dia udah gag sama aku “
“Owh, yauda deh. Sekarang mau kamu apa ? Apa aku kurang sama kamu ? Apa aku punya salah sama kamu?”
“Aku gag tau. Aku bingung. Kasih waktu buat aku jelasin”
“Uda jelas semua kok. Kamu dah buktiin ke aku kalu kamu itu gag bisa jaga kesetiaan aku. Ini kan yang kamu mau. Kamu mau “PUTUS” ,kan? Kenapa gag bilang dari awal ja, kan gag gantung kayak gini jadinya “
“Aku.... aku....”
“hem”
“Yauda kalu itu keputusan kamu. Aku terima. Aku minta maaf, aku tau kalu aku salah. Aku minta maaf. Aku minta maaf banget. Mungkin ini semua emang pantes aku terima. Maaf, Cuma ini yang bisa aku lakuin.”
“Uda terlanjur, semuanya uda lewat. Tinggal kamu rubah diri kamu “
“Iya. Aku minta maaf. Maaf. Maaf. Maaf.”
“Iya. Dari detik ini, aku mau kamu lupain aku. Dan jangan pernah inget-inget tentang hubungan kita. Baik teman ataupun yang laennya aku gag mau berhubungan sama kamu ge.”
“Iya. Aku terima konsekuensinya. Maaf ya .“
“Iya. Yauda selamat tinggal. Assalamualaikum.”
“Waalaikumsalam”
       Fifi pun membereskan teras rumahnya dan langsung masuk ke rumah. Dalam waktu yang sama juga, lutfi menghidupkan motornya dan pulang. Sebelum pulang ia memandangi rumah fifi untuk terakhir kalinya. Dan ia pun pergi. Kemudian fifi masuk ke kamarnya. Ia berbaring di atas ranjangnya sambil merebahkan tubuhnya yang letih. Air mata pun megalir di pipinya. Tak dirasa, air mata itu menetes dengan sendirinya. Ia pun tertidur dengan air mata yang menggenang di pelupuk matanya.
         Di lain tempat, lutfi hanya terdiam. Memandangi langit mendung yang gelap. Ia terbayang dengan wajah kekasihnya. Namun, semua sudah berubah. Fifi kini membencinya. Dan kini ia hanya bisa memikirkan kesalahannya. “Semua telah menjadi bubur gak bisa jadi nasi ge” batin lutfi. Ia berusaha tidur namun tak bisa. Dengan sedih ia berusaha melupakan fifi. Meski mungkin kadang-kadang pikiran teringat tentang kekeasihnya.  Kemudian ia menghidupkan notebooknya. Lalu ia memutar lagu yang ia suka yaitu kita untuk selamanya dari Bondan Prakoso. Lagu itulah yang menjadi kenangan di antara mereka. Lantunan nada membuat lutfi tertidur.
***
      Pagi harinya fifi mengambil handphone yang berada di atas bantalnya. Dengan mata yang masih mengantuk ia membuka sms. Sms tersebut  berasal dari ayu.
“Gimana fi ? Udah kamu tanyainsa ma dia. Apa reaksinya ?”, bunyi sms ayu.
      Ia tak langsung membalas sms temannya. Ia pun pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka dan mengambil air wudhu. Dan kemudian ia menuju kamarnya. Untuk melaksanakan sholat subuh dan membereskan kamarnya. Setelah itu ia membalas sms dari temannya.
“Udah putus :) hehehe. Udah lah jangan bahas dia lagi”, jawabnya
Beberapa menit kemudian HP-fifi bergetar. Di terimalah sms dari temannya yang kaget dengan balasan smsnya.
“Hah, uda putus. Kok segitunya si kamu. Aku jadi gag enak sama kamu”
“Hem,.. Iya gag papa kok. Aku malah ngucapin terima kasih banget “
“Tapi kamu gag papa kan ?”
“Iya, aku gag papa kok. Tenang aja “
“Hem, yauda kamu yang sabar ya . Oia aku siap-siap mau sekolah dulu ya. Bye-bye.”
“Iya”
     Kemudian fifi pergi ke kamar mandi. Di dalam kamar mandi, ia menangis dan teringat akan kekasihnya. Ia berusaha menghapus air mata yang jatuh ke pipinya. Setiap kali ia menghapus setiap kali juga air matanya menetes. Namun, ia tetap tegar bahwa keputusan yang ia ambil benar. Ia tak mau mengalami hal ini lagi. Dan tak mau mengulangnya kembali. Mungkin hatinya sakit tapi rasa sakit itu akan ia pendam dalam-dalam di lubuk hatinya.
     Sejak itu ia berusaha melupakan kenangan diantara mereka. Meski sulit tapi secara perlahan ia pasti bisa. Ia pun semakin menikmati hidupnya sebagai remaja. Dan sejak itu ia berjanji.
“Aku gag mau pacaran. Kecuali kalau udah kuliah. Aku pingin bebas dan mencari jati diriku. Meski saat ini aku harus merasa sakit. Tapi aku gag akan trauma dengan yang namanya CINTA”, janji itu lah yang di ucapkan fifi.
       Janji tersebut terpendam di dalam pikiran dan hatinya. Dan itu lah yang membuat hidupnya menjadi berbeda. Namun tetap bahagia. Dan ia menjalani hidupnya seperti biasanya.